Nanga Parbat (Urdu ننگا پربت) merupakan sebuah gunung di Pakistan.
Gunung ini terletak di bagian utara di negara itu. Gunung ini memiliki
ketinggian 8.126 m (26.660 kaki) dan merupakan gunung terbesar
kesembilan di dunia. Dalam tingkat kesulitan, medan gunung Nanga Parbat
disebut sama beratnya dengan K2. Sulitnya medan pada gunung ini membuat
ia mendapat julukan “The Man Eater”.
Nanga Parbat merupakan pendakian pertama bagi Messner bersaudara, namun pendakian ini adalah kesusksesan yang tragis,pasalnya adiknya Gunther Messner meninggal dunia saat mendaki gunung ini dan messner sendiri harus kehilangan 7 jari kakinya. Selama kurang lebih 35 tahun
terus di bayangi tuduhan telah mencelakakan adiknya di Nanga Parbat.
Walaupun begitu, lambat laun kebenaran terkuak. Berikut ini kisah
tentang penemuan adik dari Reinhold Messner, yakni Gunther Messner yang
meninggal di Nanga Parbat di Himalaya. Kisah yang heroik dari seorang petualang berdedikasi seperti Reinhold dan Gunther Messner.
Mereka menemukan sisa - sisa tubuh lelaki muda itu di tengah - tengah salju. Tepatnya, hampir separuh jalan menuju Nanga Parbat, puncak tertinggi kesembilan di dunia. Pakaiannya masih melekat. Semua, termasuk jaket antiangin dan sepatu mengidentifikasikan lelaki itu. Gunther Messner.
Gunther raib 35 tahun lalu. Ia dan abangnya, Reinhold Messner bersama - sama mengikuti ekspedisi pertama mereka di Himalaya
pada 1970. Sejak saat itu, Reinhold yang kemudian menjadi pendaki
gunung ternama hidup di bayang - bayangi tudingan bahwa ia bertanggung
jawab atas kematian sang adik. Dua pekan silam, begitu terdengar kabar
penemuan jenazah di Nanga Parbat, Reinhold langsung bertolak dari
Italia ke Pakistan. Ia mengidentifikasi jasad yang ditemukan seorang
pendaki lokal sebulan silam itu. ”Messner menelepon saya hari ini
untuk menegaskan bahwa ia mengenali mayat adiknya, yang hilang setelah
diterpa longsoran salju Gunung Pembunuh,” kata Najeeb Khan, sahabat Reinhold di Pakistan. Reinhold mengenali tubuh beku adiknya lewat sepatu dan jaketnya.
Penemuan tubuh Gunther tampaknya bisa menyelesaikan salah satu misteri dunia pendakian.
Saat ditemukan, posisi tubuh Gunther cocok dengan pengakuan Reinhold
bahwa ia tak meninggalkan Gunther di lereng. Menurut Reinhold, adiknya
tewas tersapu longsoran salju.
Messner bersaudara pada 1970 berniat menaklukkan Nanga Parbat, sebuah ”puncak terlarang” dengan ketinggian 8.125 m di atas permukaan laut di rantai Karakoram di ujung barat Himalaya. Puncak ini juga dikenal sebagai the Killer Mountain ( Gunung Pembunuh
). Dua bersaudara ini tak pernah mencapai puncak Nanga Parbat. Mereka
berdua ada di batas kelelahan, kehabisan bekal makanan dan air. Di
ketinggian itu, Gunther pun terkena halusinasi.
Pada titik inilah kontroversi berawal. Reinhold, yang kehilangan tujuh
jari kaki dan beberapa jari tangan akibat frostbite selama pendakian
mengatakan, mereka berdua menuruni sisi Diamar, bagian barat gunung
ketika adiknya hilang. Menurut Reinhold, ia sudah berjalan di depan
sementara Gunther, dalam keadaan lemah dan tercecer di belakang, hampir pasti tersapu longsoran salju yang besar itu.
Dua pendaki lainnya, Max von Kienlin dan Hans Saler yang
ambil bagian pada pendakian itu berkata lain. Meski tak mencapai puncak,
mereka memberi kesaksian yang berbeda. Dalam buku diterbitkan di
Jerman, mereka menyatakan, Reinhold Messner telah menyuruh adiknya menuruni sisi Rupal, bagian curam yang berbahaya
di gunung itu. Padahal kedua kakak beradik itu, kata mereka, hampir
mati saat mendakinya. Reinhold, kata mereka juga, dengan teganya
meninggalkan sang adik yang dalam keadaan sakit itu dengan memaksanya
turun. Menurut Von Kienlin dan Saler, Reinhold sendiri memilih turun
melewati rute berbeda yang baru di sisi barat Diamar karena ia ingin
menjadi orang pertama yang turun lewat jalur ini. ”Akibatnya,” tulis
mereka, ”Messner mengorbankan adiknya untuk ambisinya sendiri.”
Tahun - tahun berikutnya, Reinhold dikenal sebagai selebriti kalangan pendaki gunung. Ia orang pertama yang secara solo mendaki puncak Everest
pada 1980 tanpa bantuan oksigen. Dan, ia jugalah yang pertama mendaki
14 puncak tertinggi di dunia tanpa cadangan oksigen. Tapi, tudingan
mengorbankan nyawa sang adik terus membayang - bayanginya. Bayang -
bayang buruk itu tak hilang meski Reinhold selalu menyangkal telah
melakukan kesalahan bahkan telah melancarkan tindakan hukum terhadap Von
Kienlin dan Saler dan penerbit mereka sekalipun.
Sampai - sampai Reinhold mengajukan fakta yang mungkin membuat dua pendaki itu ”sirik”
padanya. Pertama, ia mempunyai affair dan kemudian menikahi istri Von
Kienlin, Ursula pada 1971, dan ia menjadi terkenal dan kaya. Masalahnya,
perkawinan itu tak berlangsung lama. Von Kienlin dan Saler membantah
mereka dibakar rasa cemburu atau kebencian. Kata mereka, hanya ingin
mengungkapkan apa yang mereka lihat sebagai kebenaran.
Fakta
Kematian Gunther Messner
Berjenggot lebat, penuh semangat, pada usia 60 tahun Reinhold masih fit.
Ia salah satu dari beberapa pendaki yang mendapat keberuntungan dari
olah raga ini. Reinhold Messner sering disebut pendaki terbesar dalam
sejarah. Terkenal flamboyan dan suka memaksakan diri, ia kini hidup
berkelebihan di sebuah istana yang direstorasi di Tyrol selatan, di
perbatasan Italia dengan Austria. Namun, hilangnya sang adik membuat Reinhold menderita. ”Aku
tak bisa makan atau minum apa pun berhari - hari, aku mengalami
halusinasi, jari kakiku menghitam akibat frostbite dan adikku hilang
ditelan longsor,” kenangnya tahun yang lalu.
Karena sebagian besar jari kakinya diamputasi Reinhold terpaksa menyerah
dari aktivitas rock climbing. Ia beralih menaklukkan gunung - gunung
besar yang lebih diperlukan stamina ketimbang keterampilan. Reinhold dan
Gunther adalah anak Messner, seorang pengagum Nazi yang
mendukung kesepakatan antara Hitler dan Mussolini. Suatu kesepakatan
yang memungkinkan orang - orang Tyrol bisa memilih tetap sebagai orang
Italia atau pindah ke Jerman Raya. Messner senior juga seorang pendaki
gunung pada 1930. Ia naik gunung lagi pada 1950 - an bersama anak -
anaknya yang masih kecil.
Reinhold yang bertentangan dengan pandangan Nazi ayahnya, lahir pada
1944. Gunther, dua tahun lebih muda. Tapi, ayah mereka melihat mendaki
hanya sebagai kegiatan waktu luang, menjadi waspada pada semangat
mereka. ”Saat ayahku menyadari ini akan menjadi hidupku, ia berusaha menghentikan, tapi sudah terlalu terlambat,”
kata Reinhold. Dua anak itu melakukan pendakian terberat di Dolomites
dan akhir 1960 sudah menjadi pendaki terbaik dari generasi mereka.
Keberhasilan mereka cukup bagi Reinhold untuk mendapatkan tempat pada ekspedisi Nanga Parbat, sebuah gunung di masa perang menjadi yang obsesi para pendaki Jerman dan Austria.
”Ayahku meminta Gunther untuk menemani saya,” kata Messner pada 2003. ”Lalu,
Gunther tewas dalam longsoran es saat kami turun dari puncak dan ayahku
menyalahkanku karena tak membawanya pulang. Sulit baginya untuk
memahami bagaimana keadaannya di atas sana.”
Reinhold kembali ke Nanga Parbat setahun setelah kematian adiknya untuk
mencari tubuhnya. Upaya itu tanpa hasil. Ia kembali lagi pada tahun 2000
bersama adiknya, Hubert, untuk membuat sebuah dokumen tentang
perjalanan itu. Ia juga menulis sebuah buku yang digambarkannya sebagai
tekanan yang dirasakannya sejak itu. ”Aku akan mencari adikku, meskipun harus memakan 20 tahun,”
katanya suatu ketika. Laporan dari Italia dan Austria menyebutkan,
tubuh Gunther ditandai oleh para pendaki beberapa pekan lalu. Tapi,
mayat beku itu dibiarkan pada tempatnya sampai sang kakak, Reinhold yang
kini sudah lewat tengah baya datang untuk mengidentifikasinya. Posisi tempat tubuh Gunther ditemukan, pada ketinggian 4.400 meter di
sisi barat Diamar. Bukan sisi kawasan Rupal. Temuan ini tampaknya
menyingkirkan kecurigaan terhadap Reinhold. Reinhold mencapai lokasi
terpencil di kawasan Pakistan barat itu Rabu lalu dan
mengidentifikasi adiknya. Terkubur di salju dan es selama 35 tahun,
bagian tubuh manusia mana pun harus diidentifikasi dulu melalui uji DNA.
Tapi, anggota keluarga Messner memastikan temuan itu. Mereka
mengesampingkan tes DNA.
Hubert Messner, saudara Gunther yang lain, yang bekerja sebagai
seorang dokter anak di Bolzano, Italia merasa amat lega. Ia mengungkap
harapan keluarga Messner untuk membawa pulang jasad Gunther ke kampung
halamannya di Funes, Italia, untuk menghuni peristirahatan terakhirnya.
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Nanga_Parbat
http://www.belantaraindonesia.org/2011/02/rahasia-reinhold-messner.html)